DEPOK, RadarBanua — Anggota Komisi IX DPR RI Lucy Kurniasih membuka kegiatan sosialisasi Program Bangga Kencana yang digelar bekerja sama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), yang kini telah bertransformasi menjadi Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga).
Dalam sambutannya, Lucy mengapresiasi sinergi antara DPR RI dan Kemendukbangga dalam memperkuat pembangunan keluarga Indonesia.
“Alhamdulillah kita bisa bersilaturahmi hari ini. Semoga kegiatan ini membawa keberkahan dan memperpanjang umur serta rezeki kita semua. Program Bangga Kencana ini sangat penting karena menyentuh langsung pembangunan keluarga, kependudukan, dan keluarga berencana,” ujar Lucy.
Lucy menjelaskan, pihaknya juga memiliki program yang bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk memberikan makanan tambahan bagi ibu hamil. Ia menambahkan, kini ada pula kegiatan yang melibatkan peran ayah dalam pengasuhan anak, bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
Menurutnya, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang bisa dicegah namun tidak dapat diobati.
“Harapan kita ke depan adalah zero stunting. Untuk itu, Kemendukbangga terus berkolaborasi lintas sektor agar upaya pencegahan stunting berjalan efektif,” tegasnya.
Lucy juga menyoroti pentingnya menjaga 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yang dimulai sejak pembuahan hingga usia dua tahun. Ia mengimbau masyarakat agar memperhatikan usia ideal menikah — 25 tahun bagi laki-laki dan 21 tahun bagi perempuan — serta menghindari 4T (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering, dan terlalu banyak).
“Idealnya dua anak cukup, agar tumbuh optimal dan terhindar dari risiko stunting,” ujarnya.
Direktur Pendayagunaan Lembaga dan Organisasi Kemasyarakatan Kemendukbangga/BKKBN, Wahyuniati, S.IP., MPH, memaparkan sejumlah program prioritas atau quick win yang tengah dijalankan kementerian, yaitu:
1. GENTING (Gerakan Donasi Pemberian Nutrisi Keluarga Berisiko Stunting)
Fokus pada bantuan nutrisi bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia di bawah dua tahun (baduta).
2. TAMASYA (Taman Asuh Sayang Anak)
Menyediakan tempat pengasuhan anak dengan standar terbaik guna mengoptimalkan tumbuh kembang dan pola asuh.
3. GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia)
Mengajak para ayah terlibat aktif dalam pengasuhan anak, menanggapi tingginya fenomena fatherless di Indonesia.
4. SIDAYA (Lansia Berdaya)
Melalui program Selantang (Sekolah Lansia Tangguh), para lansia diberdayakan agar tetap aktif dan produktif.
5. Super App Kemendukbangga
Aplikasi digital yang menyediakan informasi seluruh program kementerian dalam satu platform.
“Harapannya, gerakan-gerakan ini mampu melahirkan generasi emas Indonesia yang bebas stunting dan memiliki ketahanan keluarga yang kuat,” kata Wahyuniati.
Sementara itu, Roy Primera, S.I.Kom, selaku Pranata Humas Ahli Pertama Kemendukbangga, menjelaskan lebih dalam mengenai program GATI.
“Sebanyak 20,91% anak di Indonesia tidak mendapatkan peran ayah, dan hanya 37,17% anak balita yang diasuh oleh kedua orang tuanya. Ini menjadi perhatian serius kami,” ujar Roy.
Menurut Roy, masyarakat selama ini masih memiliki stigma bahwa kedekatan anak hanya dengan ibu, padahal kehadiran ayah juga sama pentingnya dalam tumbuh kembang anak.
“Program GATI menyasar para ayah, calon ayah, dan seluruh pihak yang berperan sebagai figur ayah agar memahami pentingnya kehadiran mereka dalam keluarga,” pungkasnya.
Melalui sinergi antara DPR RI dan Kemendukbangga, diharapkan masyarakat semakin sadar akan pentingnya pembangunan keluarga berketahanan dan peran aktif seluruh anggota keluarga dalam mencegah stunting.
“Kita ingin lahir generasi emas Indonesia yang sehat, cerdas, dan berdaya saing. Semua berawal dari keluarga,” tutup Lucy Kurniasih.








